Kamis, 04 Agustus 2011

OPPORTUNITY COST SELAMA ARUS MUDIK LEBARAN.

Kemacetan arus lalu lintas selama lebaran pada tahun ini, tidak hanya terlihat di pulau jawa tetapi merambah ke wilayah Sumatera. Beberapa area lalulintas terpadat di wilayah sumatera berada pada jalur lintas sumatera dan jalan-jalan protocol di wilayah Propinsi Sumatera Barat, seperti terlihat pada jalur Padang – Padang Panjang – Bukittinggi – payakumbuh  dan jalur Padang Panjang – Batusangkar – Solok demikian juga sebaliknya.   Hal ini dapat dipahami jalur-jalur tersebut  merupakan akses transportasi darat dari dan menuju wilayah Sumatera bagian utara, timur dan selatan.     

Tradisi “pulang kampung” dari masyarakat perantauan minang merupakan fenomena klasik dari meningkatnya populasi penduduk dan kendaraan terutama pada hari libur lebaran. Disamping itu fenomena   lain yang muncul pada beberapa tahun belakangan ini, juga menjadi pemicu meningkatnya arus orang dan kendaraan di wilayah Sumatera Barat,antara lain:
  1. Kecendrungan masyarakat propinsi Riau, jambi dan sekitarnya  untuk menjadikan daerah-daerah di Sumatera Barat menjadi tujuan wisata dan liburan, seiring dengan membaiknya aktifitas ekonomi perdagangan dan perkebunan di kedua daerah tetangga tersebut
  2. Saling berlombanya daerah kabupaten/kota di Sumatera Barat untuk meningkatkan objek wisata di daerahnya seperti; kawasan wisata air dan keluarga Minangkabau fantasi di Padang Panjang; kawasan perdagangan dan jam gadang di Bukittinggi dan lain sebagainya, semakin menarik minat masyarakat daerah tetangga untuk mengujungi  kawasan ini.
  3. Regulasi tarif transportasi udara yang realatif lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, serta membaiknya  jalan-jalan pada jalur lintas Sumatera, membuat pemudik merasa lebih ekonomis dan leluasa bila mudik dengan membawa kendaraan.
Bagi anda yang mengadakan perjalanan pada hari pertama dan kedua lebaran pada jalur-jalur yang saya sebutkan diatas pasti merasakan kemacetan yang cukup menyesakkan. Payakumbuh – bukittinggi yang biasanya dicapai dalam waktu tempuh kurang dari 1 jam, harus dijalani dalam waktu 3 jam bahkan lebih. Demikian juga Padang Panjang – Bukittinggi yang biasanya dalam waktu tempuh 30 menit harus dilewati  2 s/d 3 jam. Kota Padang Panjang yang berada pada simpul lalu lintas jalur kota-kota lainnya di sumatera Barat tentu saja terkena dampak dari kemacetan ini.

Dengan padat jalurnya araus transportasi kendaraan dan orang-orang di jalan-jalan utama Kota Padang Panjang selama hari-hari lebaran sebenarnya menjadi peluang bagi peningkatan aktifitas ekonomi masayarakat. Namun sayangnya tidak tertangkap secara optimal terutama di kawasan Pasar. Hal ini disebabkan karena areal pasar yang sempit dan areal parkir yang terbatas. Kalau kita perhatikan tidak banyak para pendatang yang mengarahkan kendaraannya menyusuri pasar, karena terjebak kemacetan dan terbatasnya area parkir. Mereka barangkali berpikir akan lebih leluasa berbelanja di Kota Bukittinggi dan Kota Padang. Disamping itu tidak adanya jalur alternatif serta tidak terdapatnya area perdagangan yang spesifik dan menjadi daya tarik menjadi alasan lain, kenapa para pemudik enggan untuk turun dan berbelanja.

Sebenarnya, Pemerintahan Daerah (pemda dan DPRD) sudah sangat menyadari bahwa perlunya upaya terobosan untuk menjadikan Kota Padang Panjang bukan hanya sebagai tempat perlintasan tetapi juga menjadi daerah tujuan perbelanjaan dan wisata. Maka direncanakanlah pada tahun-tahun sebelumnya  Renovasi dan penataan kembali kawasan pasar dan Toko-toko, serta mendorong masayarakat untuk membangun kios-kios yang menonjolkan produk daerah yang spesifik (seperti:  usaha kerajinan dan makanan), serta yang tidak kalah pentingnya juga adalah pengembangan Objek Wisata.Dari beberapa hal yang disebutkan diatas, barangkali yang berhasil dalam realisasinya sekarang adalah pengembangan objek wisata MIFAN, dan beberapa kios-kios UKM dan rumah makan. Sedangkan penataan kawasan pasar dan areal perparkiran  masih menimbulkan Pro-Kontra dan belum terlaksana.

Saya hanya membayangkan, Kalaulah pada saat ini sudah terbangun pasar yang represantatif  dan  termasuk didalamnya penataan areal parkir, kawasan hijau dan fasilitas umum lainnya. Tentu suasana yang kita lihat dan rasakan akan berbeda. Para pemudik dan orang-orang yang melewati kota padang panjang akan menyempatkan diri singgah di pasar padang panjang. Dengan area parkir tertata, blok-blok pasar yang terbagi sesuai kelompok dan jenis barang, serta kawasan pasar yang bersih, nyaman dan tidak kalah dengan pasar atas bukitinggi misalnya, tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri yang akan menggoda para pemudik untuk singgah berbelanja.
Disamping itu apabila di kiri kanan jalan terdapat kios/konter yang menjual kerajinan, makanan dan border khas padang panjang (tentu saja para pedagang harus siapkan lahan parkir agar tidak menggangu lalu lintas), Kota padang panjang akan lebih semarak dan yang pasti semakin banyak “rupiah” mengucur di daerah ini dan tentu saja itu akan meningkatkan volume penjualan, pendapatan dan akhirnya pertumbuhan ekonomi daerah yang ‘notabene’ bertumpu pada sektor tersier (jasa dan perdagangan).
Namun sekali lagi, itu hanya bayangan.. masih pada ranah impian.  Tapi bukankah semua perubahan dan perbaikan menuju kearah yang lebih baik itu diawali dari sebuah Impian??!..

Barangkali kita masih perlu mengingat-ingat. Kalaulah Kota Bukittinggi tidak berani mengambil terobosan untuk membangun pasar grosir Aua, Atau penataan kembali kawasan jam gadang, barangkali kota bukittinggi tidak akan menjadi seperti sekarang. Realita membuktikan, bahwa  awalnya juga diawali dengan rasa pesimistis dan pro-kontra. Sulit awalnya tapi menguntungkan pada akhirnya.
Pameo yang sering kita dengar “ Pasar biasa semrawut, kalau tidak itu bukan pasar namanya”, yang kadangkala menjadi alasan bagi kita untuk membenarkan kesemrawutan di pasar, perlu kita redefinisi kembali. Karena dengan semakin berkembangnya akses transportasi dan kesibukan masing-masing individu, ada kecendrungan untuk menjadikan aktifitas berbelanja sebagai bagian dari kegiatan  rekreasi. Sehingga sarana pasar juga memperhatikan hal-hal yang memberikan rasa aman, nyaman dan menyenangkan bagi pengunjungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar